Jumat, 28 September 2012

 
Apakah kamu remaja muslim/muslimah yang sedang kesulitan untuk memelihara keimanan atau mensyiarkan Islam di tengah komunitas non muslim? atau mungkin teman-teman kamu sekarang anak-anak muslim yang ‘terlalu gaul’ sehingga melupakan ajarannya? atau mungkin saat ini kamu sedang belajar di negara orang yang mayoritas beragama non islam? Jika demikian, mohon luangkan waktu sedikit untuk membaca tips-tips berikut ini. Insya Allah ada hal positif yang bisa membantu kamu :-)

Ritual Tingkeban: Persinggungan Jawa dan Islam

Niat ingsun nylameti jabang bayi, supaya kalis ing rubeda, nir ing sambikala, saka kersaning Gusti Allah. Dadiyo bocah kang bisa mikul dhuwur mendhem jero wong tuwa, migunani marang sesama, ambeg utama, yen lanang kadya Raden Komajaya, yen wadon kadya Dewi Komaratih kabeh saka kersaning Gusti Allah”.  Itulah isi tulisan di secarik kertas yang diberikan oleh sesepuh desa beberapa menit sebelum acara tingkeban dimulai. Ayah dan ibu bayi diminta untuk menghafalkan atau paling tidak memulai niat tingkeban lillahi ta’ala.Sebelum acara dimulai, keluarga sudah menyiapkan berbagai ubo rampen persyaratan ritual tujuh bulanan. Mulai dari kelapa muda yang digambari Raden Komajaya dan Dewi Komaratih, kembang setaman, takir plontang, jenang sengkolo, buceng jejeg sebanyak 7 buah, polo kependem, polo gumantung, polo merambat, ketan rebus, jajan pasar, rujak dari 7 buah yang berbeda, dan berbagai keperluan yang lainnya. Beberapa item kebutuhan di atas memiliki makna sendiri-sendiri.

Panduan Memimpin Hajatan Berbahasa Jawa

Dalam tradisi masyarakat muslim di Jawa, termasuk di Kabupaten Grobogan, kita mengenal istilah kajatan, kenduren, kondangan, selametan, bancaan, dan sebagainya. Semua istilah itu mengarah dalam sebuah kegiatan shodaqohan berupa makanan yang dilakukan oleh seseorang ketika memiliki hajat seperti mantu (menikahkan anak), sunatan (mengkhitankan anak), tasyakuran, mendhak (memperingati setahun kematian), nyewu (memperingati seribu hari kematian), mitoni (mendoakan saat 7 bulan kehamilan), dan lain sebagainya.  
           

SEDULUR SONGO

Saudara sembilan ( Sedulur songo ) kenyataannya tidaklah berada terus menerus dibagian badan Jasad Kasar ini. Halusnya berujud cahaya yang mempunyai warna sendiri-sendiri. Kodratullah-oranye, Wujudullah–hitam, Sipatullah–kuning, Datullah–putih, Sirullah–merah, Pangaribawa–biru, Prabawa–kuning emas, Kamayan–putih terang kemilau.

Kitab Musarar Jayabaya

Terjemahan bebas Ramalan Jayabaya Musarar.
Asmarandana :
  1. Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.
  2. Beliau sakti sebab titisan Batara wisnu. Waktu itu Sang Prabu menjadi raja agung, pasukannya raja-raja.
Tipe Wanita Jawa Ideal menurut Kamasutra Jawa

Jawa Klenik, Primbon
Masyarakat Jawa Kuno telah mengenal dua macam tipe wanita yang pantas dinikahi:


Kontroversi Serat Darmo Gandhul versi Islam

Masuknya Islam ke Tanah Jawa ternyata menyimpan cerita yang sungguh luar biasa.Salah satunya terekam dalam Serat Darmo Gandhul yang kontroversial itu. Dalam serat yang aslinya berbahasa Jawa Kuno itu dipaparkan perjalanan beberapa wali, juga hambatan dan benturan dengan budaya dan kepercayaan lokal.Penulis serat ini tak menunjukkan jati diri aslinya. Ada yang menafsirkan, pengarangnya adalah Ronggo Warsito. Ia memakai nama samaran Ki Kalam Wadi, yang berarti rahasia atau kabar yang dirahasiakan. Ditulis dalam bentuk prosa dengan pengkisahan yang menarik.
Isi Darmo Gandhul tentu saja mengagetkan kita yang selama ini mengira bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai tanpa muncratan darah, terpenggalnya kepala dan tetesan air mata. Kaburnya para pemeluk Hindu dan Budha ke berbagai wilayah, misalnya ke Pulau Bali, ke kawasan pegunungan dan hutan rimba, adalah salah satu pertanda bahwa mereka menghindari tindakan pembantaian massal oleh sekelompok orang yang ingin menggulingkan kekuasaan berkedokkan agama.


MEMAHAMI MAKNA KEHIDUPAN LEWAT TEMBANG MOCOPAT

Jroning peteng sangkaning dumadi
Porang jabang bayi kersane gusti mijil
Sinebut mijil metu ugo lahir
Mijil dalane jalu dalane estri
Mijil ngunduh woh pakarti
Mijil ponang nangis cenger ndodog bum
Dados bayi wading ati
Bapa biyung mbopong asih
Bapa biyung ngudang ring wengi


Siapa Ronggowarsito???

Pada hari Senin Legi tanggal 10 Zulkaidah tahun Jawa 1728 atau tanggal 15 Maret 1802 Masehi kurang lebih jam 12.00 siang lahirlah seorang bayi dirumah kakek yang bernama R. Ng. Yosodipuro I, seorang Pujangga Keraton yang terkenal dijamannya. Bayi yang baru lahir itu diberi nama Bagus Burham. Sejak umur 2 tahun sampai 12 tahun Bagus Burham ikut kakeknya.Ayahnya bernama R. Tumenggung Sastronegoro yang engharapkan anaknya dikelak kemudian hari menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negaranya. Maka oleh sang ayah, Bagus Burham dikirim ketempat pendidikan yang memungkinkan dapat mendidik anaknya lebih baik dari dirinya sendiri.
Waktu itu pondok Pesantren di kawasan Ponorogo yang dipimpin oleh
Kyai Imam Besari terkanal sampai dipusat Kerajaan Surakarta. Kesanalah
Bagus Burham dikirim untuk mendapatkan tambahan ilmu lahir batin serta
keagamaan. Pondok Tegalsari yang dipimpin Kyai Imam Besari ini mempunyai
murid yang banyak dan memiliki kepandaian yang pilih tanding.


Menelisik Misteri Sabdo Palon Noyo genggong

Dalam upaya menelisik misteri siapa sejatinya Sabdo Palon, saya mengawali dengan mengkaji Serat Darmagandhul dan ramalan Sabdo Palon. Di sini tidak akan dipersoalkan siapa yang membuat karya-karya tersebut untuk tidak menimbulkan banyak perdebatan. Karena penjelasan secara akal penalaran amatlah rumit, namun dengan pendekatan spiritual dapatlah ditarik benang merahnya yang akan membawa kepada satu titik terang. Dan ini akhirnya dapat dirunut secara logika historis.
Menarik memang di dalam mencari jawab tentang siapakah Sabdo Palon ? Karena kata Sabdo Palon Noyo Genggong sebagai penasehat spiritual Prabu Brawijaya V ( memerintah tahun 1453 – 1478 ) tidak hanya dapat ditemui di dalam Serat Darmagandhul saja, namun di dalam bait-bait terakhir ramalan Joyoboyo (1135 – 1157) juga telah disebut-sebut, yaitu bait 164 dan 173 yang menggambarkan tentang sosok Putra Betara Indra sbb :

Menelisik Misteri Sabdo Palon Noyo genggong

Dalam upaya menelisik misteri siapa sejatinya Sabdo Palon, saya mengawali dengan mengkaji Serat Darmagandhul dan ramalan Sabdo Palon. Di sini tidak akan dipersoalkan siapa yang membuat karya-karya tersebut untuk tidak menimbulkan banyak perdebatan. Karena penjelasan secara akal penalaran amatlah rumit, namun dengan pendekatan spiritual dapatlah ditarik benang merahnya yang akan membawa kepada satu titik terang. Dan ini akhirnya dapat dirunut secara logika historis.
Menarik memang di dalam mencari jawab tentang siapakah Sabdo Palon ? Karena kata Sabdo Palon Noyo Genggong sebagai penasehat spiritual Prabu Brawijaya V ( memerintah tahun 1453 – 1478 ) tidak hanya dapat ditemui di dalam Serat Darmagandhul saja, namun di dalam bait-bait terakhir ramalan Joyoboyo (1135 – 1157) juga telah disebut-sebut, yaitu bait 164 dan 173 yang menggambarkan tentang sosok Putra Betara Indra sbb :

Menelisik Misteri Sabdo Palon Noyo genggong

Dalam upaya menelisik misteri siapa sejatinya Sabdo Palon, saya mengawali dengan mengkaji Serat Darmagandhul dan ramalan Sabdo Palon. Di sini tidak akan dipersoalkan siapa yang membuat karya-karya tersebut untuk tidak menimbulkan banyak perdebatan. Karena penjelasan secara akal penalaran amatlah rumit, namun dengan pendekatan spiritual dapatlah ditarik benang merahnya yang akan membawa kepada satu titik terang. Dan ini akhirnya dapat dirunut secara logika historis.
Menarik memang di dalam mencari jawab tentang siapakah Sabdo Palon ? Karena kata Sabdo Palon Noyo Genggong sebagai penasehat spiritual Prabu Brawijaya V ( memerintah tahun 1453 – 1478 ) tidak hanya dapat ditemui di dalam Serat Darmagandhul saja, namun di dalam bait-bait terakhir ramalan Joyoboyo (1135 – 1157) juga telah disebut-sebut, yaitu bait 164 dan 173 yang menggambarkan tentang sosok Putra Betara Indra sbb :

Menelisik Misteri Sabdo Palon Noyo genggong

Dalam upaya menelisik misteri siapa sejatinya Sabdo Palon, saya mengawali dengan mengkaji Serat Darmagandhul dan ramalan Sabdo Palon. Di sini tidak akan dipersoalkan siapa yang membuat karya-karya tersebut untuk tidak menimbulkan banyak perdebatan. Karena penjelasan secara akal penalaran amatlah rumit, namun dengan pendekatan spiritual dapatlah ditarik benang merahnya yang akan membawa kepada satu titik terang. Dan ini akhirnya dapat dirunut secara logika historis.
Menarik memang di dalam mencari jawab tentang siapakah Sabdo Palon ? Karena kata Sabdo Palon Noyo Genggong sebagai penasehat spiritual Prabu Brawijaya V ( memerintah tahun 1453 – 1478 ) tidak hanya dapat ditemui di dalam Serat Darmagandhul saja, namun di dalam bait-bait terakhir ramalan Joyoboyo (1135 – 1157) juga telah disebut-sebut, yaitu bait 164 dan 173 yang menggambarkan tentang sosok Putra Betara Indra sbb :

AJI KULHU DERGO BALIK

Ajian untuk melawan ajian beragam sihir. Mereka yang berniat buruk dan ingin mengerjai kita dengan tenung, sihir dan santet akan kena sendiri oleh amalannya itu.
Cara mengamalkannya: Puasa pati geni 3 hari 3 malam, mulai puasa pada Selasa Kliwon. Mantranya sebagai berikut:

AJI KULHU SUNGSANG

Ajian yang sangat ampuh untuk mengembalikan amalan buruk dan akan menghancurkan khodam ajian yang dimiliki lawan. Ajian orang lain tidak akan melukai kita bahkan mereka akan luka akibat amalannya sendiri. Ajian ini serupa dengan aji kulhu dergo balik namun ajian ini memiliki spesifikasi yaitu mengacaukan jalannya proses sihir orang lain.
Cara mengamalkannya: Puasa pati geni 3 hari 3 malam, mulai puasa pada Selasa Kliwon. Mantranya sebagai berikut:

NAMA JIN PULAU JAWA

Pacitan barat(tanjung kodok) jin kendil kedalung
pacitan timur(daerah paloh) jin pande gongseng
blambangan(sinjang kertas) jin sinjang kertas
blitar(daerah lodoyo) jin setan kober
magelang(daerah sanggar seti) jin ayo tirun
demak(sekitar masjid agung) jin sigala-gala
mataram(alas mentawe) jin kala darbo

MEMAHAMI MAKNA KEHIDUPAN LEWAT TEMBANG MOCOPAT

MACAPAT I
Padang rembulane kembang arum
Wengi gumelar tabuh samun
Moco ati eling ing kalbu
Sukmo nafas pas di dudut landung
Tepis wiring ndalu sepi suwung
Ono tembang mecah ati ngalamun
Ngudar werdi wadine Hyang Agung

Jroning tembang mijil, maskumambang
Kinanti tekan sinom den gulang
Sinom lelumban manise tembang
Dandanggula, asmaradana ngudang
Durma gambuh ngagar pedang
Pangkur paring pitutur padang
Megatruh pucung ngadang ing dalan
Wirangrong nganggit crita pepindan
Tan wurung dadi dongeng ing dalan

Terjemah:

Peranan KH. Abu Manshur (Rm. Tolo Diponegoro) Dalam Mengembangkan Agama Islam Di Tulungagung

Tulungagung, Mataram Timur News. KH. Abu Manshur yang mempunyai nama kecil R. Qosim/ RM. Tolo Diponegoro adalah ulama besar pada kerajaan Mataram Islam (abad ke-18) yang terkenal sebagai ahli beta diri atau pencak shat. Beliau adalah putra dari Prabu Amangkurat IV (Amangkurat Jawi/ RM Suryaputra putra dari Paku Buwana I) yang lahir pada tahun 1711 dari Ibu yang bernama Bandondari putri Adipati Kudus.
Jejak-jejak Sejarah Kabupaten Tulungagung
Pada jaman pemerintahan Majapahit hubungan antara daerah pedalaman sangat sulit, sehingga keamanan di sebelah selatan sungai Brantas tidak dapat dikuasai. Sering disana-sini timbul pemberontakan. Berdirinya perguruan-perguruan sangat besar manfaatnya bagi kepentingan Raja, karena selain mengajarkan ilmu, para guru umumnya juga merupakan mata telinga daripada perguruan negara. Demikian juga hubungannya dengan perguruan di dukuh Bonorowo, dekat Campurdarat yang terkenal dipimpin oleh seorang sakti bernama Kyai Pacet. Kyai Pacet mengajarkan ngeilmu Joyokawijayan. Ia mempunyai murid-murid pilihan diantaranya :

Asal Mula Berdirinya Tulungagung

Dalam sejarah babad Tulungagung disebutkan bahwa nama Tulungagung tidaklah timbul dengan tiba-tiba. Telah banyak musim silih berganti berikut masa-masa yang dilampauinya, yang semuanya itu meninggalkan kenangan-kenangan yang tersendiri di dalam lembaran riwayat terjadinya Kota Tulungagung. Apa yang dapat kita kenang dari nama Tulungagung, Berikut catatan wartawan Mataram Timur, Hariyanto.
Tulungagung berasal dari dua kata Tulung dan Agung. Kata Tulung mempunyai dua arti
Pertama : Tulung dalam bahasa Sanskerta artinya sumber air atau dalam bahasa Jawa dapat dikatakan Umbul.

Macapat

Macapat iku tembang tradhisional ing tanah Jawa. Macapat uga nular ana ing kabudayan Bali, Madura, lan Sundha. Yen sinawang saka kerata basa, macapat iku artine maca papat-papat. Macané pancèn rinakit saben patang wanda (suku kata). Tembang iki kira-kira lagi ana ing pungkasaning jaman Majapahit lan wiwitan Walisanga nyekel kuwasa. Nanging iku ya durung mesthi, amarga ora ana tulisan gathuk kang bisa mesthèkaké. Macapat akeh dienggo ing saperangan Sastra Jawa Tengahan lan Sastra Jawa Anyar. Yen disandhingake karo Kakawin, aturan-aturan ing macapat luwih gampang. Kitab-kitab jaman Mataram Anyar, kaya Wedhatama, Wulangreh, Serat Wirid Hidayat Jati, Kalatidha, lan liya-liyane dirakit nganggo tembang iki. Aturan-aturan iku ana ing:
  • Guru gatra : wilangan larik/gatra saben pada (basa Indonesia: bait).
  • Guru wilangan : wilangan wanda (Indonesia: suku kata) saben gatra.
  • Guru lagu : tibané swara wanda ing pungkasan ing saben gatra.
Déné, macapat dhéwé ana werna-werna. Lumrahé dipérang dadi telung jenis, yaiku:

Makna Syiiran Gus Dur

Makna Lugas dari Syiiran Gus Dur dalam bahasa Indonesia, sedangkan kandungan makna yang tersirat dalam syiiran Gus Dur, akan Kami Update di bagian bawah dari tulisan ini. Silakan simpan laman ini atau bisa juga di bookmark karena artikel akan kami update dengan uraian dari makna Syiiran Gus Dur dalam perspektif tasawuf.
Yarosulalloh salammun’alaik… Yaarofi’asaaniwaddaaroji…   ‘atfatayaji rotall ‘aalami… Yauhailaljuu diwaalkaromi…   Ngawiti ingsun nglarasa syi’iran Kelawan muji maring pengeran Kang paring rohmat lan kenikmatan Rino wengine tanpo petungan. (Kumulai menguntai syairan Dengan memuji pada Tuhan Yang merahmati dan memberi nikmat Siang malam tanpa hitungan )

Syekh Subakir, Babad Tanah Jawa

Syekh Subakir, sangat berjasa dalam menumbali tanah Jawa, ”Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, Sudah beberapa kali utusan dari Negeri Arab, untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya tapi telah gagal secara makro. Disebabkan orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Dengan tokoh-tokoh gaibnya masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar P Jawa. Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat, meskipun berkembang tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas. Secara makro dapat dikatakan gagal. 

Kepada Yth Pembaca Yang Budiman,

Artikel ini disampaikan untuk menambah wacana dan referensi untuk memperkaya pemahaman dan bisa juga untuk tujuan menambah perbendaharaan pengetahuan ajaran-ajaran jawa semata. Soal benar dan salah ajaran beliau, kami mohon agar para pembaca bisa arif dan bijaksana. Terima kasih. (Editor)

Ketika dihadapkan pada peradaban baru, banyak di antara manusia yang memilih jalan yang dianggap benar. Jalan wali adalah salah satu yang mungkin bisa membawa manusia memasuki peradaban yang penuh dengan kesadaran untuk menuju Tuhan, karena jalan wali adalah jalan menuju pembebasan…..

Syekh Siti Jenar adalah salah satu wali yang memiliki ajaran dan pemikiran kontroversial. Banyak ulama melihat ajaran Beliu dari sudut pandang tasawwuf dan menjadikan persoalan yang timbul menjadi lain, karena dianggap menyesatkan tetapi justru menjadi suatu ajaran yang sudah mencapai derajat ”fana”.

Apa dan bagaimana ajaran dan pemikiran Syekh Siti Jenar yang telah menemukan ”sejati ning urip” hidup yang lahir. Apakah ajaran dan pemikiran Beliu dapat kita petik untuk bekal kehidupan atau malah menyesatkan ….

Mari kita ungkap ajaran-ajaran Beliu serta membuka misteri yang selama ini masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan,sbb:

Anggitanipun Kangjeng Pangeran Arya Suryaningrat.

DHANDHANGGULA
01. Sruning sedya yun manedhak tulis, tyas kapencut mireng wasitarja, faedah geng surasane, Jeng Pangeran anggitanipun, Suryaningrat paradyeng nagri, Pakualam Yogya, kartadi kang dinung, methik cariyos srat babad, kala Cakrajaya puruhita maring, Jeng Sunan Lepen Jaga. 
Serunya hendak menciptakan menyalin menulis, hati terpesona mendengan nasehat, faedah besar manfaatnya, karya Kanjeng Pangeran, Suryaningrat bangsawan negeri, Pakualaman Yogyakarta, Adi Ningrat, mengambil cerita dari babad, tentang Cakrajaya yang berguru, kepada Sunan Lepen Jaga.
02. Wusnya pinaringan nama salin, Sunan Geseng gya nyuwun pitedah, supaya trang panampine, cekak aos mrih cukup, kaop tiyang kira pangreti, suprih tinggal ngertinya, kawarna ingriku, Sunan Geseng marek ngersa, manembah ing suku Kangjeng Sunan Kali, sarya matur mangngrepa. 
Sesudahnya diberikan nama baru, Sunan Geseng segera meminta petunjuk, supaya terang penerimaannya, singkat saja supaya cukup, agar orang mudah mengerti, supaya tetap mengerti, tersebutlah di situ, Sunan Geseng menghadap, menyembah kaki Sunan Kalo, seraya berkata memohon.
Asal-usul Orang Jawa Versi Babad Tanah Jawi (Wirjapanitra)
1. Adam, beristeri Hawa, antara lain berputra
2. Syits (Esis), beristeri Dewi Siti Mulat, antara lain berputra
3. Sayid Anwas, antara lain berputra
4. Sultan Kinan, antara lain berputra
5. Sultan Manail, antara lain berputra
6. Sultan Barat, antara lain berputra
7. Idris (Edris), antara lain berputra
8. Sultan Muntawal, antara lain berputra
9. Sultan Lemah, antara lain berputra
10. Nuh, antara lain berputra
11. Sem, antara lain berputra

Sultan Agung dari Mataram

Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang.
Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyakrawati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banawati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan.
Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri utama. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat atau "Pangeran Alit". Sedangkan yang menjadi Ratu Wetan adalah putri Adipati Batang (cucu Ki Juru Martani) yang melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I).

Hamengkubuwana I

Nama aslinya adalah Raden Mas Sujana yang setelah dewasa bergelar Pangeran Mangkubumi. Ia merupakan putra Amangkurat IV raja Kasunanan Kartasura yang lahir dari selir bernama Mas Ayu Tejawati pada tanggal 6 Agustus 1717.
Pada tahun 1740 terjadi pemberontakan orang-orang Cina di Batavia yang menyebar sampai ke seluruh Jawa. Pada mulanya, Pakubuwana II (kakak Mangkubumi) mendukung pemberontakan tersebut. Namun, ketika menyaksikan pihak VOC unggul, Pakubuwana II pun berubah pikiran.
Pada tahun 1742 istana Kartasura diserbu kaum pemberontak . Pakubuwana II terpaksa membangun istana baru di Surakarta, sedangkan pemberontakan tersebut akhirnya dapat ditumpas oleh VOC dan Cakraningrat IV dari Madura.

KURANG PEDULINYA MASYARAKAT PADA NASKAH KUNO

Kepulauan nusantara sejak kurun waktu yang lampau memiliki banyak sejarah peradaban dan kebudayaan yang cukup berfariasi—yang terus mengalami perubahan sesuai dengan pola pikir masyarakat. Di antara peninggalan-peninggalan itu antara lain berupa naskah kuno atau manuskrip. Orang awam menyebutnya sebagai buku kuno biasanya kondisi buku tersebut sudah kumel, warna kuning kecoklatan, bersifat anonim, dan banyak bagian lembaran sudah hilang atau sobek, walaupun ada juga yang kondisinya masih utuh.

Naskah kuno itu merupakan salah satu warisan budaya lelulur kita yang ditulis tangan di atas kertas (impor dari eropa), lontar, tumbukan kulit kayu (deluwang atau kertas jawa) kemudian orang yang ingin memiliki naskah tersebut dan mendalami isinya diperbanyak dengan cara menyalin secara pribadi.

Tembang Asmaradana

Pambuka



Ingsun mimiti amuji
anebut Namaning Allah
Kang Murah ing dunya kabeh
Welas Asih ing akhirat
Kang pinuji datan pegat
Aganjar wong kang welas ayun
Angapuraha wong kang dusa.

Aku mulai dengan memuji
Menyebut Nama Allah
Yang Maha Pemurah di segala dunia
Maha Penyayang di akhirat
Yang selalu di puji tanpa henti
Mengganjar orang yang berbelas kasih
Mengampuni orang yang berdosa.
Tembang Kinanti

Padha gulangen ing kalbu
ing sasmitha amrih lantip
aja pijer mangan nendra 
kaprawiran den kaesthi 
pesunen sariranira
sudanen dahar lan guling

Dadiya lakunireku
cegah dhahar lan guling 
lawan aja sukan-sukan 
anganggowa sawatawis 
ala watake wong suka 
anyuda prayitnaning bathin 

Terjemah bebas:


Kidung Rumekso Ing Wengi

Ini ,merupakan tembang macapat Dandang Gula karya kanjeng Sunan Kalijogo. Tembang ini merupakan doa keselamatan secara universal.

"Bismillahirrohmanirrohim"

Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno