Jumat, 28 September 2012

Peranan KH. Abu Manshur (Rm. Tolo Diponegoro) Dalam Mengembangkan Agama Islam Di Tulungagung

Tulungagung, Mataram Timur News. KH. Abu Manshur yang mempunyai nama kecil R. Qosim/ RM. Tolo Diponegoro adalah ulama besar pada kerajaan Mataram Islam (abad ke-18) yang terkenal sebagai ahli beta diri atau pencak shat. Beliau adalah putra dari Prabu Amangkurat IV (Amangkurat Jawi/ RM Suryaputra putra dari Paku Buwana I) yang lahir pada tahun 1711 dari Ibu yang bernama Bandondari putri Adipati Kudus.
Menurut Hj. Siti Fatimah  sepeninggal Prabu Mangkurat IV tahta Kasunanan Kartasura diserahkan kepada putranya yang bernama RM Prabayasa (Sunan Paku Buwana II). Sedangkan KH. Abu Manshur atau R. Qosim lebih tertarik pada ilmu keagamaan, sehingga beliau lebih rnemilih untuk meninggalkan kehidupan keraton den memperdalam ilmu agama di sebuah pesantren di Tegalsari Ponorogo yang dipimpin oleh Kyai Kasan Besari.

Di pesantren itu R. Qosim tidak memakai identitas yang sebenarnya, Beliau menyarnar sebagai orang biasa supaya diperlakukan selayaknya murid biasa pule. Tetapi Kyai Kasan Besari menyadari bahwa R. Qosim ini berbeda dari murid lainnya, beliau cerdas, menonjol, den cepat menguasai ilmu yang diajarkan. Sehingga.Kyai Kasan Besari menaruh simpati clan curiga bahwa R. Qosim ini pasti keturunan bangsawan karena sifat rendah hati, jiwa ksatria den kecerdasan beliau mengatakan Hj. Fatimah yang juga masih keturunan KH. Manshur.

Ketika R. Qosim merasa mempunyai bekal ilmu yang cukup untuk mengembangkan agama Islam, dengan jiwa kemandiriannya beliau bermaksud mencari daerah yang kondusif sebagai tempat berdakwah. Atas saran dari Kiai Kasan Besari R. Qosim berjuang di wilayah timur ponorogo di wilayah Ngrowo, tepatnya di daerah "Tawangsari". Untuk memperlancar tujuan berdakwah beliau mendirikan sebuah masjid den pondok. Selain diajari ilmu agama, murid di pondok ini juga diajari ilmu kanuragan/pencak shat yang berguna untuk melawan kaum penjajah (VOC). Seiring dengan berkembangnya Tawangsari sebagai pusat keagamaan, R. Qosim berganti name menjadi "Abu Manshur".

Melihat potensi dari R.Qosim, Kiai Kasan Besari menjodohkan R. Qosim kepada putri dari muridnya yang sudah tersohor dari Sewulan Madiun; yakni Kiai Bagus Harun Basyariyah putra R. Nolojoyo, keturunan P. Sutowijoyo/ Panembahan Senopati ( Senopati Mataram Islam). Kiai Bagus Harun bersedia mengangkat R. Qosim menjadi menantu beliau, dinikahkan dengan putri beliau yang bernama R.A Fatimah (bergelar Nyai Lidah Item). “Jadi antara R. Qosim dan RA. Fatimah, keduanya masih satu garis keturunan Panembahan Senopati,” Jelasnya.

Bersama istrinya R. Qosim meneruskan perjuangan menyebarkan agama Islam di Tawangsari. Untuk memperkuat kedudukan dalam berdakwah den berjuang melawan penjajah khususnya wilayah timur, beliau mendapatkan layang kekancingan / piagam :
1. Layang kekancingan dari Sunan Paku Buwono II pada tahun 1746 M
2. Layang kekancingan dari Sultan Hamengkubuwono I pads tahun 1750 M, dan dipinjami pusaka keraton karena setelah perjanjian Giyanti Tawangsari masuk kedalam kekuasaan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Bukti sejarah
1. Dari beberapa daerah perdikan yang lainya seperti yang terdapat diwilayah tegalsarii sendiri, banjarsari, sewulan dan lainya, hanya Tawang sari yang mendapat "Layang kekancingan " dari Sri Sultan HB I
2. Di dalam layang kekancingan m'enyebutkan terdapatnya kalimat Mardiko dua kali, pertama "Merdiko" yang berarti penguasa dan kedua "Merdiko" yang berarti pemerintahan sendiri yang merdeka.
3. Terdapatnya bangunan masjid yang bercirikan bangunan masjid di lingkungan kraton.
4. Terdapatnya nisan "Bendoro Raden Ayu Tulungagung Kang Sapisan" yang tidak lain yaitu putri Alap-alap alias RAY. SRI SULASTRI (garwo Sampeyan Dalem Sri Sultan HB I). Ini berkaitan dengan buku sejarah babad Tulungagung yang mengatakan. daerah perdikan Tawangsari pada waktu itu pernah dikunjungi oleh raja.

Jasa  –  jasa
a. Membangun dasar terbentuknya pusat kota Tulungagung,yaitu menutup sumber air berada di alon-alon kota yang menandakan simbul wajah kota.
b. Membantu mempertahankan wilayah dari serangan kaum pemberontakan dan kaum penjajah.
c. Membentuk masyarakat yang berjiwa multi talenta, yaitu - Mengembangkan Syiar Agama Islam, mendirikan masjid dan pondok untuk menggembleng murid – muridnya memperdalam ilmu agama serta diajarinya ilmu beta diri pencak silat dll. Sehingga desa Tawangsari adalah desa yang aman tenteram dan berlingkungan agamis, ini dapat kita rasakan sampai sekarang.

Hikmah yang dapat kita petik dari Keteladanan Kyai Abu Mansur.
a. Semangat yang gigih dalam berjuang untuk menegakkan agama Allah.
• Hijrah beliau dari kraton menuju wilayah Ngrowo bertujuan mendirikan pesantren merupakan bukti bahwa beliau sangat gigih berjuang untuk menegakkan agama Allah.
b. Selalu mengedepankan akhlaq mulia sesuai tuntunan Islam yaitu, rendah hati, ikhlas, sabar, toleransi dan sebagainya.
• Sikap rendah hati yang ditunjukkan beliau dengan menyembunyikan identitas kebangsawananya semenjak beliau menimba ilmu di Tegaisari.
c. Jiwa kepemimpinan yang balik.
• KH. Abu Manshur bijaksana dalam memutuskan suatu perkara.
• Beliau pernh memimpin perlawanan pemberontakan atupun penjajah Belanda (VOC).
d. Tidak mementingkan diri sendiri atau golongan.
• Ikut andilnya beliau dalam pembangunan kadipaten Tulungagung.
• Peninggalan beliau seperti masjid, pondok dan sebagainya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
e. Jiwa kemandirian.
• Keberadaan desa perdikan menunjukkan sikap kemandirian beliau untuk tidak selalu tergantung pads pemerintahan.

1 komentar:

  1. Casino site no deposit bonus【Malaysia】
    Bonus code MGA365 - bonus code MGA365 - no deposit luckyclub.live bonus, new customer offers, bonus code MGA365 - bonus code MGA365 - no deposit bonus 100%, no deposit bonus code  Rating: 4.9 · ‎Review by LuckyClub

    BalasHapus