Jumat, 28 September 2012

Siapa Ronggowarsito???

Pada hari Senin Legi tanggal 10 Zulkaidah tahun Jawa 1728 atau tanggal 15 Maret 1802 Masehi kurang lebih jam 12.00 siang lahirlah seorang bayi dirumah kakek yang bernama R. Ng. Yosodipuro I, seorang Pujangga Keraton yang terkenal dijamannya. Bayi yang baru lahir itu diberi nama Bagus Burham. Sejak umur 2 tahun sampai 12 tahun Bagus Burham ikut kakeknya.Ayahnya bernama R. Tumenggung Sastronegoro yang engharapkan anaknya dikelak kemudian hari menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negaranya. Maka oleh sang ayah, Bagus Burham dikirim ketempat pendidikan yang memungkinkan dapat mendidik anaknya lebih baik dari dirinya sendiri.
Waktu itu pondok Pesantren di kawasan Ponorogo yang dipimpin oleh
Kyai Imam Besari terkanal sampai dipusat Kerajaan Surakarta. Kesanalah
Bagus Burham dikirim untuk mendapatkan tambahan ilmu lahir batin serta
keagamaan. Pondok Tegalsari yang dipimpin Kyai Imam Besari ini mempunyai
murid yang banyak dan memiliki kepandaian yang pilih tanding.


Bagus Burham berangkat ke Pesantren Tegalsari disertai embannya yang
bernama Ki Tanujoyo. Ditempat yang baru itu Bagus Burham sangat malas. Ditambah lagi lebih suka menjalankan maksiat dari pada mengaji. Berjudi adalah merupakan
pekerjaannya setiap hari. Juga pekerjaan maksiat yang lainnya. Adu ayam
termasuk kesukaan yang tidak perbah diluangkan. Dari pada mengaji
hari-harinya dihabiskan dimeja-meja judi dari satu desa ke desa lainnya.
Sehingga terkenallah Bagus Burham bukan sebagai santri yang soleh tetapi
sebagai penjudi ulung dikalangan orang-orang di daerah Ponorogo. Dasar
seorang anak Tumenggung, uang banyak dan biasanya dimanja oleh orang tua
atau kakeknya.
Karena kegemarannya bermain judi, adu ayam dan
perbuatan-perbuatan maksiat yang lain Bagus Burham banyak berkenalan
dengan warok-warok Ponorogo yang satu kegemaran.
Perbuatan putra Tumenggung ini sangat merepotkan hari Kyai Imam Besari.
Diharapkan seorang putra priyayi keraton ini akan memberi suri teladan
bagi murid-murid (santri-santri) yang lein tetapi ternyata
sebaliknya.
Seringkali Bagus Burham mendapat teguran dan marah dari Kyai
Besari. Namun hal itu tidak merubah sifatnya. Dia tetap penjudi, tetap
penyabung ayam, tetap gemar pada tindakan-tindakan yang menjurus ke
maksiat. Karena merasa bosan setiap hari mendapat dampratan dari gurunya
maka Bagus Burham pergi meninggalkan pondok Tegalsari diikuti oleh Ki
Tanujoyo.
(Versi lain mengatakan bahwa kepergian Bagus Burham karena KyaiImam Besari
merasa jengkel akan ulah Bagus Burham. Kemudian pimpinan pondok Tegalsari
itu memanggil abdi kinasih Ki Tanujoyo dan menseyogyakan Bagus Burham
tidak usah belajar mengaji di pondok Tegalsari).
Meninggalkan pondok Tegalsari Bagus Burham tidak mau pulang ke Solo.
Dengan diiring oleh oleh abdinya yang bernama Ki Tanujoyo. Bagus Burham
bertualang sampai di Madiun.
Ditempat itu uang sakunya habis. Ki Tanujoyo
kemudian berdagang barang loakan. Sedangkan Bagus Burham tetap pada
kegemarannya semula. Betapa bingungnya Raden Tumenggung Sastronegoro
tatkala mendapat laporan Kyai Imam Besari bahwa puteranya pergi dari
Tegalsari.
Kemudian dipanggillah di Josono agar mencari Bagus Burham
sampai ketemu. Bila ketemu agar diajak kembali ke Tegalsari. Kyai Imam
Besari kembali dari Keraton Solo mendapat laporan dari penduduk Tegalsari
bahwa sekarang daerah Tegalsari tidak aman. Banyak pencuri serta tanaman
diserang hama.
Kyai Imam Besari memohon petunjuk dari Tuhan. Mendapatkan
ilham bahwa keadaan daerahnya akan kembali aman damai apabila Bagus Burham
kembali ke Tegalsari lagi.
Oleh karena itu Kyai Imam Besari segera mengutus ki Kromoleyo agar supaya berangkat
mencari kemana gerangan perginya Bagus Burham.
Bagi Ki Kromoleyo bukan pekerjaan yang sulit mencari Bagus Burham. Sebab dia tahu
kehidupan macam apa yang digemari Bagus Burham.
Tempat judi, tempat adu ayam. Itulah sasaran Ki Kromoleyo.
Pada penjudi dan pengadu ayam ditanyakan apakah kenal dengan pemuda yang
bernama Bagus Burham. Orangnya tampan. Jejak Bagus Burham akhirnya tercium
juga. Ki Kromoleyo dapat menemukan Bagus Burham dan mengajak kembali ke
Tegalsari. Namun Bagus Burham tidak mau. Karena bujukan Ki Josono utusan
orang tuanya yang kebetulan juga sudah menemukan tempat Bagus Burham maka
kembalilah Bagus Burham ke Tegalsari.
Kyai Imam Besari menghadapi Bagus Burham dengan cari lain. Sebab ternyata
sekembalinya dari petualangannya Bagus Burham bukan semakin rajin mengaji
tetapi semakin goblok dan bodoh. Tampaknya. Menghadapi murid yang demikian
Kyai yang sudah berpengalaman itu lalu mengambil jalan lain. Bagus Burham
tidak langsung tidak langsung diajar mengaji seperti santri-santri yang
lain. Dia bukan keturunan orang biasa tetapi masuk memiliki darah
satriya. Maka tidak mengherankan kalau dia juga memiliki/mewarisi
sifat-sifat leluhurnya. Gemar sekali kepada hal-hal yang memperlihatkan
kejantanan seperti adu ayam dan lain sebagainya.

Menurut serat "CANDRA KANTHA" buatan Raden Ngabehi Tjondropradoto antara
lain menyebutkan bahwa : Raden Patah berputera R. Tejo ( Pangeran
Pamekas). Pangeran Pamekas berputra Panembahan Tejowulan di Jogorogo.
Panembahan Tejowulan berputra Tumenggung Sujonoputro seorang pujangga
keraton Pajang. Kemudian Raden Tumenggung Sujonoputro berputra Tumenggung
Tirtowiguno. Sedangkan Tumenggung Tirtowiguno ini mempunyai putra R. Ng.
Yosodipuro I pujangga keraton Surakarta. Kemudian sang pujangga berputra
R. Ng. Yosodipuro II (Raden Tumenggung Sastronegoro) ayah dari Bagus
Burham.
(Dari sumber lain menyebutkan bahwa R. Tumenggung Sastronegoro
bukan ayah Bagus Burham tetapi kakeknya. Ayahnya bernama Mas Ngebehi
Ronggowarsito Panewu Carik Kadipaten Anom).
Dari silsilah tersebut diketahui bahwa Bagus Burham masih ada keturunan darah raja.
Darah bangsawan yang biasanya sangat suka adu jago tetapi gemar melakukan tapabrata.
Kesinilah Imam Kyai Besari mengarahkan.
Disamping diberi pelajaran mengaji seperti murid yang lain maka Bagus Burham juga disuruh melakukan
"tapa kungkum". Dari sini terbukalah hati Bagus Burham. Dikeheningan
malam, dengen gemriciknya suara air, diatasnya bintang-bintang berkelap-kelip
seolah-olah menyadarkan Bagus Burham yang usianya juga sudah semakin dewasa itu.
Setelah menjalani tapa kungkum selama 40 hari lamanya maka Bagus Burham
tumbuh menjadi anak yang pandai. Kyai Imam Besari tersenyum lega melihat
perkembangan anak asuhnya yang paling bengal itu. Terapinya kena sekali.
Padahal terapi itu hanya berdasarkan dongeng yang pernah didengarnya.
Bahwa dahulu kala ada seorang pemuda yang bengal, nakal, penjudi, pemalas,
perampok yang bernama Ken Arok. Namun karena ketekunan seorang pendidik
yang bernama Loh Gawe maka akhirnya Ken Arok menjadi raja di Singosari.
Menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa. Dari Mojopahit sampai ke
Surakarta semua menurut silsilah masih keturunan langsung dari Ken Arok.
Dan R. Patah pun keturunan Ken Arok. Jadi Bagus Burham juga keturunan Ken
Arok. Siapa tahu kenakalannya juga turunan yang dikelak kemudian hari akan
menjadi orang yang luar biasa. Bagus Burham menjadi murid yang terpandai.
Selama 4 tahun dipondok Tegalsari ilmu gurunya sudah terkuras habis. Tidak
ada sisanya lagi. Kyai Imam Besari memuji keluhuran Tuhannya. Dia
melimpahkan habis ilmunya kepada muridnya. Setelah dirasa cukup maka Bagus
Burham kembali ke Surakarta. Oleh tuanya Bagus Burham disuruh langsung ke
Demak untuk belajar mengenal sastra Arab dan kebatinan jawa pada Pangeran
Kadilangu.
Apakah ayahnya punya maksud agar kelak anaknya dapat menandingi kepandaian
rajanya ?
Bagus Burham seorang kutu buku yang luar biasa. Dengan bekal kepandaian
yang dimiliki dari beberapa guru-gurunya, Bagus Burham kemudian menekuni
soal kesusastraan Jawa serta peninggalan-peninggalan nenek moyang.
Buku-buku berbahasa kawi kuna ditelaah dan dipelajarai sebaik-baiknya.
Jiwa petualang masih juga membara dalam kalbunya. Dia seringkali
mengadakan perjalanan dari satu daerah kedaerah yang lain. Bagus Burham
meninjau tempat-tempat yang bersejarah, tempat-tempat yang mengandung
nilai-nilai historis, tempat-tempat yang keramat, ke candi-candi dan
tempat-tempat penting lainnya. Disembarang tempat dipelbagai daerah kalau
dianggap ada orang yang memiliki kepandaian lebih maka tidak malu-malu
Bagus Burham berguru para orang tersebut. Tidak peduli dia hanyalah
seorang juru kunci atau orang biasa. Pada usia 18 tahun sebagaimana
kebiasaan anak priyayi waktu itu ingin mengabdikan dirinya kepada keraton.
Caranya haruslah dengan magang (pegawai percobaan) pada Kadipaten Anom.
Jiwa senimannya atau darah kepujanggaannya terasa mengalir deras
ditubuhnya. TIdak merasa puas dengan pekerjaan magang tersebut. Maka Bagus
Burham mohon pamit sebab dirasa tidak ada kemajuan. Dia ingin mengembara
ingin bertualan menuruti gejolak darah senimannya. Hampir seluruh pelosok
pulau Jawa telah dijelajahi oleh Bagus Burham. Bahkan juga luar jawa
sepeti Bali, Lombok, Ujung Pandang, Banjarmasin bahkan ada sumber yang
mengatakan pengembaraan Bagus Burham sampai di India dan Srilanka. Melihat
perjalanan hidupnya seperti tersebut diatas pantaslah kalau Bagus Burham
menjadi manusia yang kritis menghadapi suatu persoalan. (Ungkapan
perasaannya tampak ada karyanya " Serat Kala Tida ".
Pulang dari pengembarannya Bagus Burham kimpoi. Karena sang mertua diangkat
menjadi Bupati di Kediri maka Bagus Burhampun mengikuti ke Kediri.
Ditempat tersebut yang terkenal sebagai tempat bersejarah banyak
peninggalan-peninggalan dari jaman terdahulu. Di Kediri pernah berdiri
kerajaan besar dimana salah satu rajanya adalah Sang Prabu Joyoboyo. Waktu
sang prabu berkuasa agaknya keadaan negara sangat tenteram dan damai
terbukti lahirnya beberapa karya sastra besar. Sang Prabu memerintahkan
kepada Empu Sedah dan Empu Panuluh agar menceritakan kembali atau menyusun
ceritera BARATAYUDAHA dalam bahasa yang lebih muda diambil dari buku Maha
Barata asli dari India. Demikian indahnya gubahan tersebut sehingga banyak
yang mengira bahwa kejadian itu terjadi di tanah Jawa. Sebelum raja
Joyoboyo, di Kediri juga lahir hasil sastra yang tinggi mutunya. Smara
Dahana kitab karya Empu Darmaja, juga buku Sumana Sentaka karya Triguna
merupakan hasil sastra yang sulit dicari bandingannya. Di daerah yang
seperti itu tentu saja banyak peninggalan-peninggalan berupan
rontal-rontal yang dimiliki penduduk warisan dari nenek moyang. Dengan
tekun Bagus Burham di Kediri waktunya dihabiskan untuk mempelajari
rontal-rontal yang dapat dikumpulkan dari perbagai daerah. Dari
rontal-rontal, pengalaman/pengetahuan selama mengembara dan berguru itulah
dia dapat menimba pelbagai ilmu.Baru setelah Bagus Burham berumur 38 tahun mulai produktif dengan karya sastranya. Dan pada tahun 1844 pihak keraton mengangkat menjadi Kliwon Carik dan disyahkan menjadi Pujangga Keraton. Namanya Raden Ngabehi
Ronggowarsito dan semakin tenar. Kariernya tidak licin sebab agaknya juga dipengaruhi bahwa orang tuanya (Raden Tumenggung Sastronegoro) dianggap bersalah kepada kompeni Belanda sebab pernah merencanakan akan menggempur
benteng Kompeni diwaku jaman pemberontakan Diponegoro (1825-1830).
Akhirnya R.T. Sastronegoro dibuang dan makamnya ada di Jakarta.

Karya – Karya nya
masih banyak lagi karya2 sastra beliau, kalau tidak salah diantaranya;

Sapta dharma
Serat Aji Pamasa
Serat Candrarini
Serat Cemporet
Serat Jaka Lodang
Serat Jayengbaya
Serat Panitisastra
Serat Pandji Jayeng Tilam
Serat Paramasastra
Serat Paramayoga
Serat Pawarsakan
Serat Pustaka Raja
Suluk Saloka Jiwa
Serat Wedaraga
Serat Witaradya
Sri Kresna Barata
Wirid Hidayat Jati
Wirid Ma'lumat Jati

1 komentar: